Pemberontak mengaku aksi mereka ditujukan demi membebaskan para rakyat miskin dan warga yang kehilangan tanahnya dari segala bentuk eksploitasi atas lahannya.
Kelompok hak asasi manusia menuduh Presiden Rodrigo Duterte mendorong tindakan keras terhadap para aktivis untuk membungkam perbedaan pendapat dan menargetkan para pengkritiknya, dengan kedok operasi kontra-pemberontakan yang intensif terhadap pemberontak Maois.